Mengatakan tidak untuk hal-hal tentangmu, aku seperti mematahkan sebagian tulangku. Linu hingga ke hati bagian ulu. Luka menjadi niscaya.
Tapi jika tidak sekarang, kapan ini berkurang?! Karena saat ini atau nanti, air mata tetap mewujud rupa, perih tetap sedih-sedih yang berperi.
Mereka tak peduli pada ilalang yang bergoyang-goyang merindukan sentuhan; apalagi padaku, pada gumpalan darah di antara rongga dadaku.
Jangan tanya soal rindu. Ia tetap di tempatnya sedari dulu, bergerak enggan banyak-banyak. Aku hanya harus mulai memelankan langkah menujumu, hingga berhenti tidak terlalu terasa menyakiti. Bukan menyakitimu, melainkan menyakitiku.
Karena hakikatnya, ini bukan soal melupakanmu, melainkan melupakan duniaku.
Featured from Kotak Nasi