Minggu, 22 Februari 2015

Kamu Bermain Dadu

Ketika urusan hati bagimu ternyata tak lebih dari main dadu, aku menyaksikan kamu melemparnya dengan pilu.

Sebelum membaca surat ini, kamu sudah harus minum air putih, minimal 4 gelas. Kamu tahu betul manfaatnya, kan?! Beberapa waktu lalu, aku kenyang kamu nasehati perihal kesehatan. Jadi mengenai ini, kamu pasti sudah ahli.

Aku sebenarnya khawatir. Aku yang terus bicara, mungkin bisa membuat telingamu terluka. Tapi, aku kadang malah yakin, bahwa sebenarnya kamu penasaran dengan aku yang selalu begini. Karena, mengetahui ada yang merindukan, aku tahu rasanya cukup menyenangkan. Walaupun rindu yang datang adalah rindu yang hadirnya tak begitu dikehendaki.

Kekasih, jika kamu anggap ini semua adalah permainan, aku juga menganggapnya arena bermain. Aku senang-senang bermain ayunan, bahagia meski lututku terluka karena jatuh di tanah berpasir. Tapi tetap saja, permainanmu membuatku malas pulang. Aku betah meski hanya ditemani tiang-tiang.

Sampai sekarang ini, permainan dadu yang kamu lemparkan, tuahnya belum berhenti. Maksudnya, berhenti tapi mulai lagi. Kamu boleh bertanya kapan ini semua berakhir, dengan santai akan aku jawab kapan-kapan. Ya. Bisa setelah menulis ini, bisa dini hari nanti, atau lain kali.

Featured from Kotak Nasi