Kamu, ketika memakai warna baju yang sama dengan orang lain. Kebetulan? Bisa iya, bisa tidak. Lalu bagaimana seandainya, orang tersebut diam-diam memperhatikan kebiasaanmu memakai warna baju. Memperhatikan warna kesukaanmu, dan kemudian ia mengikuti warna kesukaanmu. Masih kebetulan? Mungkin tidak.
Kamu, yang setiap pulang kuliah bertemu dengan orang yang sama di tempat parkir. Kebetulan? Tidak. Bagaimana jika ia menghafal jadwal pulang kuliahmu setiap hari? Kemudian ia berjalan ke tempat parkir disaat bersamaan denganmu, hanya sekadar ingin bertemu dengamu. Masih kebetulan? Aku rasa tidak.
Kamu, ya masih kamu. Ketika memiliki kesamaan menyukai suatu buku dengan orang lain. Kebetulan? Tidak. Bagaimana jika ternyata, ia menyukai buku yang sama agar sekadar bisa bercerita dan mengobrol bersamamu? Untuk memecah keheningan ditengah percakapan.
Kamu. Yang selalu tertahan hujan sore, bersamanya. Kebetulan? Tidak. Bagaimana jika ia sengaja menunggu hujan reda bersamamu? agar bisa bersamamu lebih lama, duduk di bangku halte, dan bercerita tentang hujan dan memori hingga hujan berhenti.
Kamu, ketika terjatuh, kemudian ada sahabat baikmu yang segera menghampiri dan membantu kamu bangun. Kebetulan? Tidak. Bagaimana jika sahabatmu itu sejak awal memperhatikan jalanmu? Ia tahu, kamu begitu lemah dalam perjalanan. Ia kemudian mengikuti jalanmu dibelakang. Hingga saat kamu terjatuh, ia siap membantumu untuk segera bangkit.
Kamu. Masih menganggap semua adalah kebetulan?
Maka, bisa aku katakan bahwa yang kamu maksud dengan “kebetulan” adalah skenario yang sudah diatur tanpa sepengetahuanmu. Tanpa campur tanganmu. Namun diluar pengetahuanmu, semua sudah diatur rapi. Karena terlalu rapi, kamu tak pernah tahu bahwa ini bukanlah sebuah “kebetulan”.
Jika bicara tentang “kebetulan”, maka ini adalah konsekuensi dari hati. Dimana Allah telah mempersatukan hati-hati hamba-Nya. Mengikatnya dalam ikatan iman. Menjadikan hati kita peka. Mungkin tanpa sepengetahuan oranglain, kita pernah mengucap doa untuknya. Dan orang lain pun, tanpa sepengetahuan kita, pernah mengucap doa untuk kita. Saat itulah Allah persatukan hati-hati kita.
Syahdan, Allah pertemukan kita disaat tak terduga. Disaat kita mengucap doa yang sama. Dan kita merasa itu adalah sebuah kebetulan. Padahal, tidak. Ada yang diam-diam merencanakan dan mengatur semuanya.
Tidak ada yang namanya kebetulan. Karena Allah Maha Sempurna dalam perencanaan.
Featured from Menoreh Jejak
